Harajuku : Fashion Style Yang Mendunia
TUGAS
!
Ilmu
Budaya Dasar
“
Harajuku
Nama
: Retno Dian Andriani
Kelas
: Hubungan Internasional (1A)
NPM
: 16430025
A.
Kata Pengantar
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani, sehingga bisa menyelesaikan makalah Ilmu Budaya
Dasar ini dengan baik. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang turut serta dalam pembuatan makalah ini. Tanpa kalian, mungkin makalah ini
tidak akan selesai tepat pada waktunya.
Kami
berharap apa yang ditulis dalam makalah ini, bisa menambah pengetahuan pembaca
terutama masalah kebudayaan asing, serta mengetahui bagaimana seharusnya kita
menjadi warga negara yang baik menanggapi budaya asing .
Selain itu,
kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak yang harus diperbaiki,
maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Surakarta,31
Desember 2016
PENULIS
B.
Latar Belakang
Saat pertama kali menyebut Harajuku,
persepsi orang langsung tertuju pada berbusana modern yang sedikit nyleneh.
Tidak sepenuhnya salah karena memang di Harajuku banyak ditemui orang yang
berbusana “nyeleneh” dalam arti berani memadukan warna, potongan, dan
aksesoris dalam berbusana. Menarik untuk menggali asal-usul
Harajuku.Harajuku sendiri sebenarnya adalah sebutan populer untuk kawasan yang membentang dari bagian selatan wilayah Sendagaya ke Jingumae-machi. Atau menurut warga Tokyo, kawasan Harajuku dimulai dari Stasiun Harajuku hingga Omotesando. Meski demikian, Harajuku bukanlah sebutan resmi untuk menunjukkan alamat.
Japan National Tourism Organization menyebut, setelah Olimpiade Tokyo tahun 1964 banyak butik fashion dibuka di wilayah itu. Sejak itulah Harajuku menjadi tempat berkumpul anak muda Jepang yang memakai busana-busana unik.
Saat ini Harajuku menjadi identik dengan remaja-remaja berbusana unik dan menjadi tempat berkumpul bagi mereka yang ingin memamerkan gayanya, sekaligus mereka yang ingin menonton “peragaan busana jalanan” itu. Butik-butik yang menjual barang-barang dari merek-merek terkenal pun bermunculan.
C.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Harjuku terbentuk ?
2. Bagaimana masyarakat Jepang menanggapi
Harajuku ?
3. Apa saja harajuku style ?
D.
Tujuan
1. Manambah wawasan.
2. Mengenal lebih jauh Budaya Asing
3. Untuk melengkapi tugas Ilmu Budaya Dasar
E.
Pembahasan
Sejarah
HARAJUKU
Kalau kita mundur sampai tahun 1920
an, mungkin Harajuku adalah daerah yg jauh dari image sekarang sebagai kota
fasion. Stasiun Yamanote Line yg sekarang ada itu mulai ada di tahun 1924.
Daerah ini adalah daerah perumahan yang sangat tenang ketika itu. Mungkin
bangunan yg besar hanya lah Meiji Temple yg terletak di sebelah stasiun
Harajuku ini. Tidak lama setelah itu, mulai dibagin perumahan2 apartment rakyat
di sepanjang jalan Omotesando, sampai arah Omote sando.
Setelah perang dunia,
tentara Amerika masuk ke Jepang, dan daerah harajuku ini menjadi tempat
perumahan para perwira tentara Amerika. Yoyogi Park yg tidak jauh dari stasiun
Harajuku, ketika itu dijadikan tempat fasilitas militer Amerika.
Tidak lama setelah itu, mulai berdiri toko2 yang diperuntukkan untuk para keluarga tentara amerika, seperti yg sekarang masih ada, toko mainan Kiddy Land.
Di tahun 1964, Olimpic diadakan di Tokyo dan di bangunlah stadium olimpiade Yoyogi, tanah bekas fasilitas militer amerika dibangun perumahan para atlit yg sekarang menjadi Yoyogi Park. Dengan perkembangan seperti ini, Harajuku menjadi kota pertukaran budaya asing. Dari perjalanan sejarah itu terbentuklah suatu masyarakat muda yg disebut sebagai "anak anak Harajuku".
Tidak lama setelah itu, mulai berdiri toko2 yang diperuntukkan untuk para keluarga tentara amerika, seperti yg sekarang masih ada, toko mainan Kiddy Land.
Di tahun 1964, Olimpic diadakan di Tokyo dan di bangunlah stadium olimpiade Yoyogi, tanah bekas fasilitas militer amerika dibangun perumahan para atlit yg sekarang menjadi Yoyogi Park. Dengan perkembangan seperti ini, Harajuku menjadi kota pertukaran budaya asing. Dari perjalanan sejarah itu terbentuklah suatu masyarakat muda yg disebut sebagai "anak anak Harajuku".
Di tahun 70an, anak2
Harajuku ini mulai menampilkan diri dengan fasion street mereka yg ketika itu
mereka mengikuti mode dan gaya hipies di Amerika saat itu. Di tahun 80an mulai
bermunculan anak2 muda yg dikenal "gang Takenoko" dan gang kecil yg
bernama "takeshida dori" menjadi ramai di kunjungi anak2 muda. Toko2
fasion pun mulai bermunculan. Ditambah di tahun 80an itu setiap hari minggu
jalan utama Yoyogi-Harajuku-Omotesando ditutup untuk kendaraan motor, dan
dijadikan tempat pejalan kaki, dan mulai lah ramai dengan yg namanya street
performance para "gang Takenoko" dan "gang Rock'n Roll".
Sejak itu Harajuku
menjadi di kenal, bukan saja di dalam negeri, tapi juga di luar negeri, sebagai
kota fasion dan kota anak muda. Kota yg dulu terkenal tempat yg tenang dengan
perumahan elit para orang asing pun berubah.
Saat ini tanah bekas perumahan apartment rakyat telah berubah menjadi yg namanya Omotesando Hill, salah satu toko fasion yg terkenal. Street Fasion di Harajuku sesuai dengan perubahan zaman terus berubah, 70s 80s 90s dst...
Saat ini tanah bekas perumahan apartment rakyat telah berubah menjadi yg namanya Omotesando Hill, salah satu toko fasion yg terkenal. Street Fasion di Harajuku sesuai dengan perubahan zaman terus berubah, 70s 80s 90s dst...
Masyarakat Jepang dab Harajuku
Jepang
merupakan salah satu pusat berkembangnya budaya pop yang berpengaruh hingga ke
seluruh dunia. Salah satu budaya pop terkenal dari Jepang adalah gaya Harajuku
(Harajuku Style). Gaya Harajuku dari Jepang ternyata memiliki cerita yang cukup
unik. Harajuku tak sekedar gaya berpakaian, namun merupakan sebuah ekspresi
kekecewaan pemuda Jepang atas kultur budaya.
Budaya
ini muncul dari banyaknya remaja putri di sana yang merasa frustasi dengan
kultur budaya Jepang yang sangat patriarki. Wanita di Jepang memiliki posisi
berat dan lemah. Wanita ditakdirkan untuk mengurus anak dan keperluan rumah
tangga lainnya. Untuk itulah, keluarga Jepang tidak pernah menyewa pengasuh
anak karena itu merupakan murni tugas seorang ibu.
Kultur
patriarki pun berimbas pada pekerjaan wanita di perusahaan. Biasanya perusahaan
tidak menempatkan mereka pada posisi tinggi karena pekerja wanita pasti akan
keluar dari pekerjaan untuk mengurus keluarganya. Menjadi wanita Jepang hanya
memiliki dua pilihan dalam hidupnya. Menikah muda atau menunda pernikahan
hingga umur 40 tahun-an. Bila mereka menikah muda, memang mereka harus
mendedikasikan hidupnya untuk keluarganya. Namun jika tidak, mereka bisa
bekerja atau melampiaskan masa remaja mereka dengan konsumerisme.
Konsumerisme
bisa dilakukan dengan banyak cara misalnya, bergaya sesukanya, membeli barang
mewah, atau lainnya. Gaya Harajuku menjadi salah satu contohnya. Harajuku
merupakan salah satu kawasan populer tempat anak muda berkumpul. Kawasan ini
terletak di sekitar stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Sekitar tahun
1980-an, kawasan ini menjadi tempat lahirnya komunitas anak muda yang memiliki
kecintaan pada budaya pop.
Di
jalanan Harajuku-lah, anak muda mengekspresikan dirinya dengan bebas. Hal ini
dilakukan mereka karena ketika di rumah mereka harus menjadi anak yang penurut,
lugu, sopan, serta anggun. Namun, hal ini dianggap sebagai cara positif untuk
mengungkapkan kekecewaan atas budaya dengan cara-cara yang kreatif.
Style
Harajuku
- Lolita & Gothic Lolita
Penampilan gaya Lolita ini mirip dengan boneka
eropa. Gaya yang diadaptasi dari gaya-gaya yang populer pada abad pertengahan
seperti gaya anggota kerajaan Marie Anttoinette dari Prancis ataupun gaya
Juliet dari karya roman Romeo dan Juliet milik Shakespeare. Gaya ini cenderung
bersifat dewasa dengan tampilan berbagai motif bunga, warna-warna mati, serta
setelan yang pas-tubuh. Warna-warna yang digunakan biasanya putih, putih kuno,
pink, burgundy, biru, coklat, dan hitam. Gaya Lolita klasik juga menggunakan
berbagai macam aksesoris pelengkap berupa ikat kepala, hiasan bunga atau topi
mini di kepala, dan tas tangan.
Gaya
Gothic sendiri biasanya bernuasa hitam dan kelam. Sedangkan Gothic Lolita
adalah mengenakan busana perpaduan antara gaya lolita dengan gothic, feminime,
dan elegant. Penampilan gaya Gothic Lolita ini sepertinya mirip dengan boneka
Victoria.
- Visual Kei, ini
adalah ciri dari japanese rock (fashion ala punk, gothic, sampai heavy
metal) dengan model rambut eksentrik, dan dipadu dengan berbagai
aksesoris, make up, dan tindik (konsultasi dengan orang tua anda mengenai
tindik). Beberapa Japan rock band yang sering memberi inspirasi adalah
Malice Mizer, Versailles, dsb.
- Cosplay,
walaupun menggunakan bahasa inggris, sebutan ini munculnya di Jepang,
berasal dari kata costume dan play. Lidah Jepang menyebutnya 'kosupure'
ini adalah gaya busana yang terinspirasi dari tokoh game, tokoh anime,
atau tokoh kartun favorit anda.
- Decora style,
yaitu style dengan perpaduan warna yang ngejreng, flamboyant, dengan
berbagai pernik aksesoris dari kepala sampai ujung kaki. Rasanya jenis ini
paling seru, paling berwarna, dan paling ramai ^^. Bahkan saking banyaknya
aksesoris yang dipakai, setiap saat bergerak, semua aksesoris tersebut
akan berbunyi secara bersamaan.
- Kawaii,
artinya adalah cute, ini merupakan gaya anak-anak yang riang atau ceria.
Anda bisa mengambil inspirasi dari tokoh anime, mainan, warna-warna pastel
dan sebagainya. Jika Lolita lebih menonjolkan sisi 'seperti' boneka, maka
Kawaii lebih menonjolkan sisi anak-anak yang 'cute', 'imut',
'menggemaskan'.
- Ganguro, cirinya adalah fashion dengan warna-warna cerah, rok mini, gelang, kalung, lipstick dengan warna putih, eye shadow, dan rambut yang di bleaching dengan warna abu, silver, orange, atau dicat warna putih, pirang, coklat gelap atau warna coklat yang sangat pucat, biasanya dilengkapi dengan jepit rambut berbentuk bunga sepatu.- Ciri utama ganguro yg nggak kalah penting adalah warna kulit yg dibuat gelap ky terbakar matahari, tapi bagian matanya menggunakan tata rias cerah menggunakan warna yang kontras. Mereka biasanya mengenakan rok mini, platform shoes (sepatu hak tinggi-tebal; panjang sampai ke lutut) dan gelang-gelang besar dalam jumlah banyak, serta berbagai macam cincin dan kalung.Cewek-cewek Ganguro biasanya ditemani oleh sekelompok kecil orang yang disebut dengan ‘Ganguro Gal’ untuk memamerkan hp mereka dengan tempelan berbagai stiker purikura. Dalam bahasa Jepang, purikura (singkatan dari purinto kurabu) merupakan foto diri yang dibuat secara instant dalam suatu photo-box, bukan hasil cetakan studio foto.
- Wamono,
yaitu gaya memadukan antara busana barat dengan gaya tradisional jepang.
- Elegant Gothic Aristrocrat (EGA) Gaya dari Elegant Gothic Aristrocrat berdasarkan pada
konsep ‘androgyny’, dan seringkali menjadi pakaian yang identik bagi baik
kaum laki-laki maupun perempuan. Androgyny merupakan istilah diturunkan
dari kata Yunani άνδρας (andras, berarti laki-laki) dan γυνή (gyne,
berarti perempuan); dapat didefinisikan sebagai dua konsep yang
memadukan/mencampurkan laki-laki & perempuan. Pakaiannya terbatas
pada warna hitam, putih, dan warna-warna gelap lain. Kesan paling utama
dapat dilihat dari kemewahan serta kesederhanaan di mana baju bermotif
garis biasanya sederhana dan ketat, dengan celana atau rok panjang. Dengan
demikian gaya EGA sangat kontras dengan gaya Lolita. Tetapi tetap saja
make-up yang gelap dan tebal juga dipakai di dalam kedua gaya tersebut.
- Kogal biasanya dicirikan dengan wanita muda yang menghabiskan pendapatan mereka untuk mode, musik, dan berbagai macam aktivitas sosial yang menyolok mata. Penampilan Kogal dapat dideskripsikan sebagai berikut; menggunakan sepatu hak tinggi-tebal, rok pendek, makeup tebal, rambut berwarna (biasanya pirang atau coklat), kulit kecoklatan (akibat berjemur di bawah terik sinar matahari), dan berbagai macam aksesoris dari desainer. Apabila mereka sedang mengenakan seragam sekolah, ternyata juga dalam bentuk rok pendek dan disertai dengan kaus kaki longgar (baggy socks) yang tingginya sampai lutut.
Daftar Pustaka
http://tokyofashion.com/
https://www.instagram.com/yingtze/
https://www.instagram.com/akame1225/
Hesti Nurhayati . 2012 . HARA-SHIBU-BARA, Tokyo Street Fashion Paradise . Grasindo